Siapa Tahu Kamu Mau Baca, Ep. 20

Fair Play – Tove Jansson (Penerjemah Thomas Teal, NYRB 2007)

Dua orang kekasih, sahabat, tinggal dalam satu atap dan saling menyayangi rasanya adalah kisah keberuntungan, jika tidak ingin dibilang kemewahan. Dan novel ini sepertinya ingin menyatakan itu. Keberuntungan cinta antar dua orang perempuan–seorang penulis, Mari, dan pasangannya, Jonna, seorang pembuat film–lewat fragmen cerita sehari-hari mereka. Buku ini tidak memiliki plot utama, dan memang bentuknya seperti kumpulan cerita pendek; hanya saja tokoh utama di tiap cerita sama. Kita akan melihat mereka berdebat tentang film, saling menggoda satu sama lain, bercerita tentang orang tua mereka, saling tukar pendapat tentang kerja mereka masing-masing. Oh ada salah satu potongan cerita yang sangat saya suka judulnya “Killing George.” Cerita ini tentang Mari yang membacakan tulisannya di depan Jonna, dan Jonna akan memotong di tengah pembacaan, memberikan saran, mengkritik, mengoreksi, dan Mari menanggapinya dengan bersemangat. Long-term relationship bisa jadi semaniz ini, akyu terharu.

Tidak jauh berbeda dengan kumcernya, cara bercerita Jansson dalam buku ini juga masih serupa: jernih, ringkas, tidak berbelit-belit. Saya pikir Jansson memang sangat ahli membangun nuansa dengan cara yang sangat efektif. Misal ketika suatu malam, Mari dan Joanna sedang menimbang ingin melakukan apa, Jansson menulis:

“Yes,” Mari said. “Let’s read for a while.”
The cat came in to go to bed.

((The cat came in to go bed.)) Satu kalimat saja sudah cukup untuk memberikan maksud bahwa mereka sedang dalam keadaan tenang, rileks, siap beristirahat (dengan kucing mereka). Kalimat itu berhasil menutup cerita harian untuk kemudian paragraf selanjutnya beralih ke hari besoknya. Kek yawla Jansson artikulatif sekali, efektif tanpa kehilangan frase-frase apik.

Catatan lain saya adalah mungkin tema cerita seperti ini tidak untuk semua orang mengingat Jansson adalah seorang penulis yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya. Secara eksplisit ia memasukkan beberapa pengalamannya, khususnya tentang keluarga dan pulau tempat ia banyak menghabiskan waktu. Day pernah cerita kalau Jansson dan pasangannya, Tuulikki Pietilä, tinggal berdua di sebuah pulau, dan novel ini juga memiliki latar yang sama. Tanpa harus selalu mencari kesamaan cerita pribadi Jansson dengan ceritanya, saya tetap harus mengakui bahwa potongan hidup Jansson beserta rasa-rasanya hadir secara eksplisit dalam novel ini. Bahkan di akhir, ia menulis:

She began to anticipate a solitude of her own, peaceful and full of possibility. She felt something close to exhilaration, of a kind that people can permit themselves when they are blessed with love.

Demikianlah. Novel ini menurut saya apik buat mengingatkan bahwa cinta itu mungkin; cem amunisi untuk berimajinasi tentang kisah cinta ideal, yang tidak banyak dirasakan oleh orang-orang (soalnya sulit uhuk).

P_20180210_120027_vHDR_On.jpg

Rice: Global Networks and New Histories – Francesca Bray, Peter A. Coclanis, Edda L. Fields-Black, Dagmar Schäfer (ed.) (Cambridge University Press 2017)

Minggu ini saya sebenarnya lebih banyak membaca artikel jurnal dan beberapa bab buku akademik, diikuti ngobrol dengan beberapa kawan dekat soal dunia akademimik Indonesia (yang yawla gusti bikin gemez-kenapa-gini-amat-sih). Ngok anyway, sedikit berkelana di dunia referensi, saya menemukan buku berjudul Rice: Global Networks and New Histories. Buku ini disunting oleh beberapa sejarawan yang pada tahun 2010-an pernah mendiskusikan “tesis Padi Hitam” di sebuah konferensi. Singkatnya, para sejarawan Amerika Serikat mulai punya perhatian terhadap perjalanan padi di Amerika dan keterkaitannya dengan Afrika. Di pendahuluan, Fransesca Bray, antropolog sosial dari University of Edinburgh, mengungkapkan bahwa perhatian sejarawan Amerika Serikat ini sudah banyak dibahas oleh para sejarawan yang berfokus di Asia, lebih spesifik lagi para pengkaji sejarah China. Maka proyek buku ini adalah untuk melihat perjalanan sejarah padi di tingkat global, karena selama ini sejarah beras ‘terbalkanisasi,’ terpisah-terpisah menurut wilayah. Eh ya sejujurnya saya juga belum selesai baca ini, tapi ini sebagai preview saja, siapa tahu pembaca sejawat punya ketertarikan juga. Nanti kalau saya sudah beres baca bukunya akan diulas dengan lebih seriyes. Uhuy~

Leave a comment