Siapa Tahu Kamu Mau Baca, Ep. 19

The Woman Who Borrowed Memories – Tove Jansson (penerjemah Thomas Teal and Silvester Mazzarella, NYRB Classic 2014)

Jika pembaca sejawat tahu (atau bahkan penggemar) cerita anak Moomin, pasti nama Tove Jansson tidak asing lagi. Bechul, beliau adalah kreator Moomin komik strip yang sangat terkenal dengan gaya humor-melankolisnya. Nah, kumcer ini adalah salah satu karya Jansson di luar Moomin; berisi 25 cerita dengan gaya Jansson yang sendu tapi tidak jarang membuat pembacanya tersenyum tenang sedikit nyeri; memberikan rasa after-reading yang ganjil. Saya melihat potongan-potongan cerita tentang seniman, keluarga, relasi kerja dan pertemanan, rasa-rasa sepi kelas menengah Finlandia. Alur dan penokohannya sangat bervariasi, misal tentang bagaimana seorang kartunis merespon pembaca ciliknya, atau tentang relasi seniman tua dan cucunya yang seorang kritikus. Namun kesan-kesan yang hadir di dalam cerita-cerita itu pada dasasrnya berujung pada satu premis: usaha untuk mengubah relasi yang sesungguhnya sudah sulit.

Mungkin jika terbiasa membaca Moomin secara dekat, pembaca sejawat bisa mendapatkan perasaan yang sama ketika membaca cerpen ini. Saya sejujurnya sedikit kewalahan untuk menyelesaikan kumcer ini. Entah berapa kali saya harus berhenti sejenak mencoba mencari arti simbol dari segala obyek di cerita-cerita Jansson ini, tapi semuanya seperti termentahkan di akhir cerita. Kalau ini yang namanya sedikit “trolling” dalam bercerita, Jansson berhasil membuat saya malu kecele beberapa kali. Misalnya dalam cerita “The Locomotive”, dari awal cerita saya awalnya menangkap bahwa ini cerita tentang kegelisahan seorang pria yang sepertinya ingin menulis, penuh dengan train of thought untuk menceritakan dirinya, entah dalam perspektif orang pertama atau ketiga (karena cerpen ini terus bergonta-ganti antara “aku” dan “dia” yang merujuk ke narator sendiri). Sampai akhirnya ia bertemu seorang perempuan yang sepertinya paham akan obsesi imajinasinya tentang lokomotif, dan hal ini membuatnya mencurahkan segala hal. Sampai kemudian relasi itu menjadi tidak seimbang, dan si pria ini berimajinasi melempar perempuan itu ke rel kereta.

One can destroy so much or gain you never know what–but there is nothing of the gamble in me. My principle has always been to feel my way. I’m always searching, and time passes, so very soon I have no more time. Strange, is it not, that the locomotive should be the motive force (ha ha) for this artist?

Wait a moment.

Wait, what? Hah?” Ternyata ini bukan kisah paralel tentang kepengarangan murni ataupun hubungan romantis mentah; ini tentang kesendirian, obsesi akan sebuah relasi yang ternyata tidak melulu memuaskan! Contoh lain dalam cerpen “An Eightieth Birthday”, si narator bercerita tentang tamu-tamu neneknya yang seorang pelukis. Ia memperhatikan bagaimana tamu-tamu itu, yang kebanyakan para kritikus, berbincang. “Their conversation was soothing, and we sat as if on an island sanctuary. None of them asked us about ourselves; they let us be anonymous.” Sampai kemudian dari percakapan itu, juga ia yang akhirnya terlibat di beberapa obrolan mendapati kegelisahan tentang gairah dan ekspektasi-ekspektasi yang tak terpenuhi.

Then he said, “Maybe my passion is nothing special, but at least it’s mine.”

“It is that,” I said.

Membaca cerpen-cerpen ini rasanya seperti melihat para introverts berusaha mencari koneksi antara dirinya dengan dunia ia tinggal. Dalam “The Squirrel” misalnya, seorang perempuan memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat terisolasi, namun masih berusaha untuk membangun relasi dengan tupai yang sering mampir ke dapur. Namun bukan berarti para tokoh pendiam dan tertutup ini tidak menghadapi badai urip. Dalam “The Storm” badai musim dingin mengancam tempat tinggal seorang perempuan yang tidak bahagia dalam kisah percintaannya, atau dalam cerita “The Woman Who Borrowed Memories” seseorang yang mencuri ingatan dan justru hidupnya terambil alih oleh ingatan yang ia curi (cry). Prosa-prosa Jansson yang jernih dan tidak rumit menghadirkan potongan cerita yang ya-gusti-ingin-menangys-karena-i-feel-it. Hubungan antar manusia, juga antar manusia dengan lingkungannya, tidak selalu menyenangkan. Seberapa menjanjikannya sebuah hubungan–baik itu cinta, keluarga, pertemanan, hasrat dan mimpi, kegelapan dan dingin itu akan tetap hadir. Tidak hanya mengintip, tapi juga mencoba membinasakan. Lewat cerita-ceritanya, Jansson seperti mengingatkan kita bahwa keindahan urip justru bisa hadir.

P_20180203_110409_vHDR_On.jpg

Antologi Esai dan Majalah Lady Science

Apakah kita pernah bertanya-tanya mengenai perempuan dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan? Jika tidak pernah, tidak ada kata terlambat untuk bertanya; dan jika pernah, kumpulan esai ini akan menambah referensi. Lady Science adalah sebuah majalah yang didirikan dan dikelola oleh Anna Reser dan Leila McNeill yang memiliki latar belakang kuat sejarah iptek, dan sebagai peneliti juga penulis, mereka memiliki perhatian khusus pada isu perempuan dalam sektor ini. Kalau pembaca sejawat klik judul di atas, ada artikel-artikel bagus mengenai sains dalam kebudayaan populer, dan bisa juga mengunduh tiga e-book gratis antologi esai mengenai perempuan dan sejarah iptek. Sebagai bocorn sikit, Volume I berisi kumpulan tulisan tahun 2014-2015 dengan bahasan perempuan dalam sains, teknologi, dan pengobatan. Di Volume II, esai-esai tentang sejarah perempuan juga ada bersama dengan tema struktur dan representasi di dalam kebudayaan populer; dan di volume terakhir ada esai-esai mengenai tubuh gender dan profesi sains perempuan. Karena bentuknya esai, kita memang tidak dapat menangkap konteks sepenuhnya dari penelitian para kontributornya. Tapi bagi saya, tulisan-tulisan tersebut dapat memberikan gambaran awal, juga mungkin pemetaan isu, tentang dunia iptek, yang tidak hanya secara kontemporer namun juga dalam penulisan sejarahnya, sering kali diskriminatif terhadap perempuan. Dari esai-esai ini, jika masih penasaran, pembaca sejawat dapat merujuk lebih dalam ke studi-studi yang sudah ada dan sedang dikerjakan. Rasanya senang sekali dapat mengikuti inisiatif-inisiatif terbaru untuk merestorasi kerja-kerja perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik itu di masa lampau maupun masa kini. :”)

 

Leave a comment