Cara Menatap

We only see what we look at. To look is an act of choice.

Ways of Seeing adalah buku klasik tentang seni rupa yang membantu saya pelan-pelan belajar melihat objek dan subjek visual. John Berger bersama dengan Sven Blomberg, Chris Fox, Michael Dibb, dan Richard Hollis menerbitkan buku ini dalam rangka pedagogi kritis tentang seni rupa, yang juga hadir dalam bentuk acara TV. Buku ini menyentuh beberapa tema seperti soal seni lanskap, reproduksi seni dan konsumsi massal, otoritas lukisan minyak, tatapan maskulin dan representasi perempuan, dan publisitas karya seni, yang dianalisis sedemikian rupa untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa “menatap itu nggak netral lho.” Dan pemaknaan terhadap gambar juga selalu berubah-ubah.

The meaning of an image is changed according to what one sees immediately beside it or what comes immediately after it. Such authority as it retains, is distributed over the whole context in which it appears.

Namun, satu hal yang membuat buku ini menjadi penting buat saya secara pribadi adalah kerangka analisisnya yang mencoba mempertanyakan otoritas pemaknaan seni. Jadi seni itu urusan siapa sih sebenarnya? Untuk apa sih?

The issue is not between innocence and knowledge (or between the natural and the cultural) but between a total approach to art which attempts to relate it to every aspect of experience and the esoteric approach of a few specialized experts who are the clerks of the nostalgia of a ruling class in decline. (In decline, not before the proletariat, but before the new power of the corporation and the state.) The real question is: to whom does the meaning of the art of the past properly belong? To those who can apply it to their own lives, or to a cultural hierarchy of relic specialists?

Dan dengan semakin menguatnya reproduksi seni rupa dan usaha komersil yang menawarkan pengalaman imersif lukisan, sejauh mana tawaran John Berger dkk (yang usianya sudah lebih dari dua dekade) dapat kita perdalam dan permasalahkan? Jadi bagaimana kita sekarang menguji cara kita menatap di tengah luapan imaji?

Leave a comment